Sementara itu, Sammaria Sari Simanjuntak, selaku sutradara film Tulang Belulang Tulang menyampaikan harapannya bahwa film yang ia sutradarai mampu membawa kebahagiaan dan kesenangan bagi yang menontonnya. Sammaria menyebut, film yang diproduksi dengan semangat kekeluargaan dan latar belakang daerah Sumatra Utara ini ingin mengajak penonton merayakan setiap perjuangan yang dilalui dalam hidup.
“Danau Toba adalah sesuatu yang istimewa. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak dalam film ini,” papar Sammaria.
Film Tulang Belulang Tulang berkisah tentang sebuah keluarga yang akan melaksanakan upacara ‘Mangokal Holi’ (pemindahan tulang belulang leluhur), yang menjadi kebanggaan bagi keluarga Batak yang mampu melaksanakannya.
Celakanya, koper berisi tulang belulang Tulang Tua (Kakek Buyut) hilang dan mereka harus segera menemukan tulang kalau tidak mau dikutuk Opung (Nenek) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di tepi Danau Toba.
Perjalanan mencari tulang memaksa mereka bersatu mengarungi banyak cobaan: mulai dari ngebut-ngebutan di jalanan berliku di tepian Danau Toba, kejar-kejaran dengan anjing pemakan tulang, sampai melintasi hutan ber harimau, menggunakan high heels!